Setiap manusia juga memiliki black box, yang disebut qarin. Tugas qarin adalah merekam semua perilaku seseorang. Dan ketika manusia telah wafat, sering kali sosok qarin ini dianggap sebagai arwah (ruh) dari orang yang meninggal.
Qarin dan Muwakkal
Identifikasi sosok Qarin, bisa terlihat dalam hadits Abdullah bin Mas’ud,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai satu Qarin (pendamping) dari kalangan jin dan malaikat.”
Mereka bertanya: “Kepada engkau juga, wahai Rasulullah??” Beliau menjawab: “Aku juga, tetapi Allah membantuku mengalahkannya lalu dia masuk Islam, hingga dia tidak menyuruhku selain terhadap kebenaran.” (Sahih Muslim, no. 5034, Musnad Ahmad, no. 4160)
Qarin akan berpisah dengan manusia, apabila manusia itu meninggal dunia. Roh manusia akan ditempatkan di alam barzakh, sementara Qarin akan terus hidup sebagaimana lazimnya umur jin yang panjang. Dan kelak di hari akhirat nanti, kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili (sumber : Qarin, Pendamping Setiap Manusia).
Sebagian ahli kasyaf (orang yang memiliki mata batin) jika berziarah ke ahli barzakh, dia tahu sosok yang hadir di makam, apakah muwakkal (perwakilan) atau qarin-nya yang di sana.
Ada meyakini di makam-makam para wali, bukan hanya terdapat Qarin, namun juga ditemui para malaikat sebagai muwakkal (perwakilan). Para malaikat ini, ditugasi menjaga kuburan sang wali, dan malaikat penjaga ini, akan menjadi perantara para peziarah dalam menyampaikan hajatnya.
Arwah Orang Meninggal
Berkenaan dengan kehadiran sosok ruhani (arwah) orang yang telah wafat, ada yang percaya di waktu-waktu tertentu, mereka hadir di kuburnya. Semisal ketika ziarah kepada Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’roni, beliau akan hadir saat menjelang ba’da shalat Fajar atau menjelang Shubuh (sumber : antara Qarin dan Arwah).
Namun ada juga yang berpendapat, ruhani (arwah) orang telah meninggal, masing-masing telah disibukkan dengan balasan yang Allah berikan kepada mereka. Ruh orang baik, berada di tempat yang baik, sebaliknya, ruh orang jelek berada di tempat yang jelek.
Sebagaimana pendapat Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak, beliau mengatakan :
والميت كذلك لا يعلم بشيء من أحوالهم لأنه غائب عنهم في نعيم أو عذاب ، ولكن قد يُطلع الله بعض الموتى على بعض أحوال أهله ولكن دون تحديد. وقد جاءت آثار لا يعتمد عليها بأن الأموات قد يعرفون أشياء من أحوال أهلهم
Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena dia tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau adzab. Hanya saja, terkadang Allah tampakkan kepada beberapa mayit sebagian keadaan keluarganya, namun ini tanpa batasan waktu tertentu.
Terdapat beberapa atsar (riwayat dari para ulama) tentang hal ini yang belum bisa dijadikan dalil (karena perlu dilakukan penelitian ulang) yang menyebutkan bahwa mayit terkadang mengetahui keadaan keluarganya (Fatwa Islam, 13183, sumber : Benarkah Orang Meninggal Bisa Menemui Keluarganya?).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Artikel Menarik :
1. [Misteri] 100.000 Adam, menurut Ibnu Arabi ?
2. Misteri di Langit Makkah, 1437 tahun yang lalu ?
3. Bukti Arkeologis, Keberadaan Penghuni Langit di Bumi ?
4. Time Traveller (Perjalanan Lintas Waktu), dalam Kisah Qibas Nabi Ibrahim ?